Jumat, 03 Mei 2013

SENDE’U KIABA



Oleh Iswan Sual

Ada seorang pemuda bernama Pret Sual. Dia terkenal sebagai seorang lucu dan rajin berdagang. Cakupan kegiatan dagangnya sampai ke tanah Bolaang Mongondow. Dimana-mana dia pergi kelakar dan kelucuannya selalu ikutserta. Perawakannya yang kecil serta kulitnya yang agak gelap menyamarkan keasliannya sebagai orang Minahasa. Jadi, ketika dia mengaku-ngaku sebagai orang dari satu tempat dan dengan nama tertentu orangpun percaya. Mereka takkan menyangka bahwa dia sebetulnya orang Minahasa. Dia pernah menyamar dengan nama Sende’u Kiaba. Temannya yang menemaninya pergi berdagang ke segala penjuru menyaksikan hal itu. Dia selalu saja hampir dibuat mampus oleh kejenakaan Pret. Maka, diapun dia dipanggil Sende’u Kiaba sampai ketika dia pulang ke kampungnya. Temannya itu yang mempopulerkan nama itu.
Ketika batibo gula sudah tidak cukup memberikan penghasilan bagi Pret, dia memutuskan untuk berganti profesi. Karena bertepatan lagi musim pemetikan cengkeh dia memutuskan untuk menjadi pemetik cengkeh. Suatu pagi dia berteriak historis di tengah perkebunan. Para pemetik cengkih yang lain kaget dan keheranan.
“Tolong! Tolong! Tolong!” teriak Pret.
Awalnya para pemetik hanya mengacuhkan saja. Sebab mereka tahu bahwa itu suara Pret. Dan mereka selalu percaya Pret akan berbuat usil.
“Tolong saya! Tolong saya! Tolong!!” teriak Pret semakin melengking.
Prêt berseru sangat keras namun lama kelamaan dia teriakkannya semakin melemah. Para pemetik yang tengah sibuk memetik demi mencapai target memetik seratus liter. Mereka memikirkan bonus yang diberikan oleh majikan. Bonus yang tak tanggung-tanggung akan sangat membuat mereka gembira dan senang bukan kepalang. Satu kerat botol bir dan beberapa bungkus rokok.
“Tolong!” teriakkan terakhir sangat mencurigakan.
Para pemetik lain di sekitar menunggu teriakkan lain tapi tak ada. Mereka berpikir dan merenung sejenak. Tak sampak lima detik semua pemetik yang berada di lalako teratas tangga bergegas turun. Seolah tak peduli mereka akan terjatuh. Semua teman-teman pemetik  Pret akhirnya punya pikiran yang sama tentang Pret. “Pasti telah terjadi sesuatu yang buruk pada Pret. Kali ini pasti dia sungguh-sungguh minta tolong.”
Merekapun berlari seperti dikejar-kejar hantu menyusuri bidang tanah yang miring. Mereka terpelanting-pelantung karena lebatnya rerumputan. Semua panik tak menentu. Pret tergeletak tak berdaya di samping tangga yang juga tergeletak. Mereka kebingungan mencari-cari tahu keadaan Pret. Pelan-pelan Pret bergerak. Seolah baru tersadar dari pingsan.
“Tolong kitia. Tolong se badiri akang kitia pe tangga. Dari tadi kita mo sandar ini cingkeh mar berat skali. Nda mo ta angka. Ne, blum ada kita da pete,” kata Pret nyaris tertawa.
Teman-temannya yang tadinya mengira bahwa Pret kecelakaan, akhirnya terpaksa membantu Pret dengan berat hati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar