SENDE’U
KIABA
Oleh Iswan
Sual
Ada seorang pemuda bernama Pret
Sual. Dia terkenal sebagai seorang lucu dan rajin berdagang. Cakupan kegiatan
dagangnya sampai ke tanah Bolaang Mongondow. Dimana-mana dia pergi kelakar dan
kelucuannya selalu ikutserta. Perawakannya yang kecil serta kulitnya yang agak
gelap menyamarkan keasliannya sebagai orang Minahasa. Jadi, ketika dia
mengaku-ngaku sebagai orang dari satu tempat dan dengan nama tertentu orangpun
percaya. Mereka takkan menyangka bahwa dia sebetulnya orang Minahasa. Dia
pernah menyamar dengan nama Sende’u Kiaba. Temannya yang menemaninya pergi
berdagang ke segala penjuru menyaksikan hal itu. Dia selalu saja hampir dibuat
mampus oleh kejenakaan Pret. Maka, diapun dia dipanggil Sende’u Kiaba sampai
ketika dia pulang ke kampungnya. Temannya itu yang mempopulerkan nama itu.
Ketika batibo gula sudah tidak
cukup memberikan penghasilan bagi Pret, dia memutuskan untuk berganti profesi.
Karena bertepatan lagi musim pemetikan cengkeh dia memutuskan untuk menjadi pemetik
cengkeh. Suatu pagi dia berteriak historis di tengah perkebunan. Para pemetik
cengkih yang lain kaget dan keheranan.
“Tolong! Tolong! Tolong!” teriak
Pret.
Awalnya para pemetik hanya
mengacuhkan saja. Sebab mereka tahu bahwa itu suara Pret. Dan mereka selalu
percaya Pret akan berbuat usil.
“Tolong saya! Tolong saya!
Tolong!!” teriak Pret semakin melengking.
Prêt berseru sangat keras namun
lama kelamaan dia teriakkannya semakin melemah. Para pemetik yang tengah sibuk
memetik demi mencapai target memetik seratus liter. Mereka memikirkan bonus
yang diberikan oleh majikan. Bonus yang tak tanggung-tanggung akan sangat
membuat mereka gembira dan senang bukan kepalang. Satu kerat botol bir dan
beberapa bungkus rokok.
“Tolong!” teriakkan terakhir sangat
mencurigakan.
Para pemetik lain di sekitar
menunggu teriakkan lain tapi tak ada. Mereka berpikir dan merenung sejenak. Tak
sampak lima detik semua pemetik yang berada di lalako teratas tangga
bergegas turun. Seolah tak peduli mereka akan terjatuh. Semua teman-teman
pemetik Pret akhirnya punya pikiran yang
sama tentang Pret. “Pasti telah terjadi sesuatu yang buruk pada Pret. Kali ini
pasti dia sungguh-sungguh minta tolong.”
Merekapun berlari seperti
dikejar-kejar hantu menyusuri bidang tanah yang miring. Mereka
terpelanting-pelantung karena lebatnya rerumputan. Semua panik tak menentu.
Pret tergeletak tak berdaya di samping tangga yang juga tergeletak. Mereka
kebingungan mencari-cari tahu keadaan Pret. Pelan-pelan Pret bergerak. Seolah
baru tersadar dari pingsan.
“Tolong kitia. Tolong se badiri
akang kitia pe tangga. Dari tadi kita mo sandar ini cingkeh mar berat skali. Nda
mo ta angka. Ne, blum ada kita da pete,” kata Pret nyaris tertawa.
Teman-temannya yang tadinya mengira
bahwa Pret kecelakaan, akhirnya terpaksa membantu Pret dengan berat hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar